Generasi Rabbani

Bismillahirahmanirrahim....
Assalamu'alaikum Warahamtullahi Wabarakatuh....

Generasi Rabbani memiliki makna generasi yang mentauhidkan Allah Taala, yang beriman dan beramal shaleh. Setiap orang pastinya mendambakan genderasi yang baik dan berbudipekerti. Untuk mewujudkan generasi yang Rabbani, maka dibutuhkan kecakapan dalam mendidik dan mengajar si anak, juga menempatkannya pada lingkungan yang tepat. Salah satu yang tidak kalah penting adalah memilih ibu yang terbaik untuk anak-anak kita kelak bagi yang belum meikah. Ibu yang baik yang menjadi guru serta sahabat anak-anak kita. Dan untuk mendapatkan si ibu yang baik bagi anak-anak kita, maka diri kita sendiri yang perlu ditingkatkan lagi kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah Taala dan jangan lupa berdoa kepada-Nya agar dikaruniai anak yang shaleh dan shalehah. Amin....

 (ilustrasi: www.elmina-id.com)

Allah Taala berfirman:

اَلْخـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ
.
"Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik." (Q.S. An-Nur:26)

Dari ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang buruk untuk waita-wanita yang buruk pula. Kalau kita menginginkan mendapatkan anak yang shaleh, maka carilah ibu calon si anak yang shalehah dengan cara terlebih dahulu kita yang menjadi shaleh. Pasangan kita adalah cerminan diri kita sendiri. Orang yang suka mabuk-mabukan juga kebanyakan mendapatkan wanita yang seperti itu juga. Lelaki yang sering ikut taklim dan pengajian juga cenderung dapat wanita yang mengikuti taklim atau pengajian juga, atau mendapatkan anak dari orang yang ikut taklim atau pengajian bersama kita. Pilihlah wanita yang baik-baik agar insyaallah anak yang lahir dari hubungan tersebut juga baik.

(ilustrasi: http://www.muslimdaily.net)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu bahwasannya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
 
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
(رواه البخاري و مسلم عن أبى هريرة)

"Seorang wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu beruntung." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadis di atas terdapat kriteria wanita-wanita yang baik untuk dijadikan pendamping hidup. Di antara keempat kriteria tersebut harta, nasab, kecantikan dan agama, maka yang terpenting adalah agama seorang yang bakal menjadi ibu dari anak-anak kita. Cantik itu perlu, tapi bukanlah segalanya. Tapi kalau kita bisa mendapatkan keempat keriteria di atas sebagai ibu dari anak-anak kita kelak, kenapa tidak. Kan enak mendapatkan seorang istri yang cantik, dari keluarga baik-baik, tidak susah, dan akhlah dan agamanya baik. Tentu sungguh berbahagia bagi yang mendapatkan paket komplit ini. Ada satu hal yang tidak kalah penting kalau menginginkan anak yang shaleh dari generasi rabbani selain mencari ibu yang baik bagi anak-anak kita kelak yaitu memperbaiki diri sendiri. Meningkatkan iman dan takwa serta menjadi pribadi yang santun dan lemah-lembut. Menjadi lelaki yang tegas di atas kebenaran.

(ilustrasi: http://www.republika.co.id)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda dalam sebuah hadis dalam kisah pelamaran Fathimah binti Qais Radhiyallahu ‘Anha:

عن فاطمة بنت قيس رضي الله عنها قالت‏:‏ أتيت النبي صلى الله عليه وسلم، فقلت‏:‏ إن أبا الجهم ومعاوية خطباني‏؟‏ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم‏:‏‏”‏أما معاوية، فصعلوك لا مال له ، وأما أبوالجهم، فلا يضع العصا عن عاتقه‏

“Dari Fathimah binti Qais radhiyallahu ‘anha, ia berkata: ‘Aku mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku berkata, “Sesungguhnya Abul Jahm dan Mu’awiyah telah melamarku”. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Adapun Mu’awiyah adalah orang fakir, ia tidak mempunyai harta. Adapun Abul Jahm, ia tidak pernah meletakkan tongkat dari pundaknya”.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadis ini dapat kita ambil pelajaran bagaimana menjadi seorang lelaki yang baik untuk menjadi seorang suami dan ayah dari anak-anaknya kelak. Hendaklah seorang lelaki itu memiliki harta kalau hendak menikah sehingga dapat menafkahi anak dan istrinya kelak, kemudia yang tak kalah penting adalah penyayang atau lemah lembut. Tidak selayaknya seorang lelaki itu menjadi sosok yang selalu mengangkat tangannya di depan anak dan istrinya alias tukang memukul (kasar). Satu hal yang penting untuk menjadi pondasi yang kokoh bagi seorang laki-laki adalah agama yang baik. Memiliki agama yang baik dan berakhlak mulia maka insyaallah mendapat yang ibu dari anak-anak kita yang ideal karena biasanya pasangan kita adalah cerminan dari diri kita. Apabila kita menginginkan wanita yang shalehah, maka terlebih dahulu kita yang menjadi lelaki yang shaleh.

(ilustrasi: http://www.republika.co.id)

Apabila seorang ibu dan ayah dapat menjadi suri tauladan yang baik bagi anak-anaknya dan memiliki pondasi agama yang kokoh, maka insyaallah sang anak akan cenderung kepada kebaikan. Jadi bagi teman-teman yang menginginkan memiliki generasi rabbani yang sahaleh dan shalehah, maka jadilah pribadi yang shaleh dan pendamping yang shalehah. Mencari lingkungan yang baik dan jaga anak-anak kita dari mengkonsumsi yang buruk, niscaya anak-anak kita kelak cenderung berperilaku baik. Mendapatkan anak yang shalaeh dan shalehah dimulai dari kita sendiri. Semoga bermanfaat dan terinmakasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....

Komentar